Jumat, 09 Februari 2018

Allah Ada Sebelum Adanya Tempat

Bukankah Allah telah ada dengan tanpa tempat sebelum adanya tempat?“. Teologi yang dilontarkan dengan pertanyaan sederhana ini diyakini oleh sebagian kaum muslimin yang menisbatkan dirinya kepada ilmu dan kebaikan sebagai alasan untuk menolak bahwa Allah istiwa di atas ‘Arsy. Dan bahwasanya jika Allah istiwa’ di atas Arsy berarti Allah butuh terhadap Arsy. Demikian klaim mereka.

Ketahuilah saudara-saudariku rahmatullahi ‘alaikum…

Bahwasanya ketika Allah menciptakan makhluk-Nya yang berupa tempat, semisal Arsy dan langit, maka penciptaan tersebut tidak lepas dari tiga kemungkinan:

1. Allah menciptakannya di dalam diriNya

Barangsiapa meyakini keadaan yang seperti ini maka sungguh ia telah terjerumus ke dalam kesalahan yang nyata. Karena tidaklah mungkin Allah menciptakan makhluk di dalam diriNya. Ibnu Abil Izz rahimahullah berkata: “Tatkala Allah menciptakan seluruh makhluq adakalanya Allah menciptakannya di dalam dzat-Nya ataupun di luar dzatnya.Yang pertama adalah batil menurut kesepakatan ulama’ dan juga melazimkan bahwasanya Allah sebagai tempat hal-hal yang jelek dan sebagai tempat kotoran“[1].

Konsekuensi dari kemungkinan yang pertama ini adalah Allah menciptakan jin, manusia, iblis dan setan pada diri-Nya dan ini adalah madzhab yang sangat jelas kebatilannya.

2. Allah menciptakan makhluk lalu masuk ke dalamnya

Barangsiapa meyakini hal ini maka sungguh ia telah terjerumus pula ke dalam kesalahan yang nyata karena Allah tidaklah butuh kepada makhluk-Nya dan tidak ada satupun dari makhluk Allah yang dapat menjadi wadah bagi Allah.

Ibnu Abil Izz berkata: “Sesungguhnya Allah tidaklah berada di dalam ‘wadah’ sebagaimana kebanyakan dari makhluk-Nya berada di dalam wadah. Bahkan tidak ada satupun dari makhluk-Nya menjadi wadah bagi Allah”.

Beliau mengatakan pula: “Sesungguhnya Allah Maha Suci dari diliputi oleh makhluk atau membutuhkan makhluk-Nya, baik  ‘Arsy ataupun yang selainnya”[2].

Konsekuensi dari penetapan kemungkinan kedua ini adalah Allah masuk ke dalam seluruh makhluk-Nya termasuk jin, manusia, iblis, setan dan surga serta neraka dan ini adalah madzhab yang sangat jelas kebatilannya.

3. Allah menciptakan makhluk di luar diriNya

Yakni Allah menciptakan makhluk di luar diri-Nya dan tidak masuk ke dalamnya karena Allah tidak butuh kepada makhluk-Nya sebagaimana Allah berfirman tentang diriNya:
فإن الله غني عن العالمين
Maka sesungguhnya Allah tidak membutuhkan makhluqnya” (Q.S.Al Imran: 97).

Keadaan yang ketiga ini adalah benar, sangat masuk akal dan analoginya dapat kita saksikan dengan panca indera kita. Tidakkah kita menyaksikan bahwa Allah menciptakan langit sebagai atap bumi dan langit sama sekali tidak membutuhkan bumi ?

Jikalau demikian bukanlah hal yang mustahil apabila Allah menciptakan Arsy lalu ber-istiwa tinggi di atasnya dan tidak membutuhkannya.

Berkata Ibnu Abil Izz ketika menjelaskan perkataan imam Ath Thahawiy{Allah tidak butuh kepada Arsy dan apa yang dibawahnya. Allah meliputi segala sesuatu dan berada di atasnya, makhluk-Nya tidaklah mampu meliputinya}, Syaikh mengucapkan ucapan ini untuk menjelaskan bahwasanya Allah menciptakan Arsy dan ber-istiwa tinggi di atasnya bukan karena butuh kepadanya namun bagi-Nya hikmah yang menuntut hal itu. 

Dan keberadaan sesuatu yang tinggi berada di atas yang di bawah tidaklah melazimkan yang bawah menjadi wadah bagi yang atas, dan meliputinya serta menyangganya dan tidak pula melazimkan yang atas membutuhkan yang di bawah. Lihatlah kepada langit, bagaimana ia berada di atas bumi namun tidak butuh kepada bumi. 

Ketinggian Allah lebih besar dan lebih mulia dari melazimkan hal tersebut namun kelaziman dari ketinggian-Nya adalah termasuk kekhususan-kekhususanNya. Yaitu Allah yang membawa yang berada di bawah dengan kemampuannya, Allah yang meliputinya, apa yang ada di bawah butuh kepadaNya dan Dia tidak butuh kepadanya. Allah di atas Arsy dan Dia yang membawa Arsy dan para pemikulnya. Allah tidak membutuhkan Arsy namun Arsy yang membutuhkan-Nya. 

Allah meliputi Arsy dan Arsy tidaklah meliputi Allah. Allah membatasi Arsy namun Arsy tidaklah membatasi Allah. Kelaziman-kelaziman ini semuanya tidaklah ada pada makhluk”[3].

Semoga bermanfaat dan Allah menunjukkan kepada kita jalanNya yang lurus.



***
Bantul – Yogyakarta
Catatan kaki
[1] Syarh Akidah Ath Thahawiyah:2/389, Al imam Ibnu Abil Izz, cet: Darul  Hajar
[2] Syarh Akidah Ath Thahawiyah:1/268, Al imam Ibnu Abil Izz, cet: Darul  Hajar
[3] Syarh Akidah Ath Thahawiyah:2/372, Al imam Ibnu Abil Izz, cet: Darul  Hajar
Penulis: Zaenuddin Abu Qushaiy
Artikel Muslim.Or.Id

0 komentar:

Posting Komentar