Minggu, 26 Februari 2017

Muslim Cyber Army dan Bahaya Rekayasa Sosial







No System is Safe - begitu ungkapan yang saya dengar dari film Who am i, sebuah film yang mengisahkan beberapa orang hacker jalanan hingga mampu meretas sistem keamanan badan intelijen. Mereka menggunakan CLAY sebagai nama Cyber nya, sebagaimana kelompok Cyber lainnya yang lebih tenar yaitu Anonymous atau yang melegenda lagi seperti Milw0rm. Tapi CLAY hanyalah fiksi yang menurut saya lumayan epic.

Bicara tentang Cyber... Akhir-akhir ini kita masih dihebohkan dengan aksi damai bela Islam beberapa waktu lalu. Iya, aksi ini luar biasa bagi saya yang pernah kecanduan membaca buku tentang revolusi, hehe. Umat Islam dengan jutaan massa tumpah ruah memadati jalan melakukan demonstrasi besar besaran. Ada hal penting yang perlu kita amati dari kejadian besar ini yaitu, mengkoordinir massa.

Dalam teori Lenin, yang mampu memimpin revolusi ialah Rakyat yang terdiri dari proletar dan kaum tani. Dalam konteks Islam justru tidak sesempit itu, buktinya kita lihat persatuan kelas hingga Manhaj sangat bersinergi dalam aksi pertama hingga yang paling belakangan ini (aksi 212 FUI).
Antusiasme masyarakat sangat luar biasa, diluar kendali namun tetap damai.

Ada pertanyaan yang mestinya harus di jawab, bagaimana bisa mengkoordinir massa yang jumlahnya jutaan?
Dengan bangga serentak kita menjawab, Media Sosial! Luar biasa.

Beberapa waktu lalu saya sempat menulis sebuah artikel dengan judul "media sosial adalah senjata".
Benar saja, pasca mampusnya Lennon di tembak fans fanatiknya, kini istilah a revolusion from my bed nya seolah terjadi di kehidupan Dunia nyata. Seni mengkoordinir massa tidak lagi sekuno dulu. Semua orang bisa bergerak, tinggal bikin hashtag, klik, Dan, Boomm!

Maka, jika dengan metode ini sudah berhasil, tidak seru jikalau Cyber Intifada Socmed ini tanpa nama. Harus di kenal layaknya CLAY pada film Who Am I, atau terlalu malu kalo masih mengatasnamakan Anonymous.

Maka Muslim Cyber Army lah nama yang pantas di berikan kepada gerakan Mega Cyber yang mampu mengkoordinir massa dengan jumlah jutaan banyaknya ini.
Tapi taukah kita siapa di balik gerakan cyber ini ? Saya tidak ragu, semuanya adalah Muslim yang kompak. Tetapi saya hanya takut gerakan Cyber ini kecolongan kemudian di manfaatkan oleh sebagian orang untuk kepentingan pribadi ataupun kelompok. Karena gerakan tanpa komando akan menghasilkan sesuatu yang fatal.

Dalam film Bastille day yang menceritakan seorang spesialis copet Amerika yang tinggal di Paris. Ribuan demonstran bisa digerakkan oleh gerakan cyber tanpa identitas, lewat hashtag dan viral social media dan beberapa postingan video provokasi mengenai keadaan fasisme aparat negara Perancis terhadap imigran. Jelas, tanpa ada rekayasa sosial terlebih dulu, konflik Cyber Takan muncul hingga aksi demonstrasi.

Rekayasa sosial ini merupakan campur tangan atau seni memanipulasi sebuah gerakan ilmiah dari visi ideal tertentu yang di tujukan untuk mempengaruhi perubahan sosial, Bisa berupa kebaikan maupun keburukan. Tergantung kondisi.

Dalam film Bastille day, tentu agen dari rekayasa sosial tadi adalah Aparat negaranya (RAPID/semacam satuan anti huru-hara) yang ingin melakukan pembajakan cadangan devisa negara Perancis. Dan ternyata belakangan di ketahui tim Cyber mereka pula lah yang memprovokasi demonstrasi imigran besar besaran itu. Konspirasi yang menakjubkan bukan ?

Saya tidak mengatakan Muslim Cyber Army sedang di susupi dan dibuat seperti skenario di atas, Hanya saja saya merasa khawatir akan hal serupa.
Khawatir kepada mereka yang memiliki kepentingan, Dan khawatir terhadap mereka yang menyalahgunakan kuasa.
Semoga saja tidak~

*Penulis juga khawatir gajih bulanan telat dan bonus tahun ini tak kunjung cair.

0 komentar:

Posting Komentar