Minggu, 08 Maret 2015

Untuk Pertemanan Bag. 2

Kemarin, belum sampai seminggu yang lalu. saya di kabari abdi bahwa dia telah memeriksakan kesehatannya kepada seseorang. yah oke kataku, jadi bagaimana ?. katanya, dia mengalami sakit ginjal, paru-paru, reumatik, dan juga matanya di vonis oleh orang yang memeriksa kesehatannya itu sudah minus. dia mengabariku lewat BBM, kami sering ngobrol via BBM akhir akhir ini. bahkan kami sering bertukar pikiran lewat sosial media ber-quota sialan ini. mungkin kecilnya kesempatan kami untuk bertemu adalah hal yang paling klasik yang saat ini menjadi momok perkawanan kami beberapa tahun ini.

Jadi, aku bertanya kepadanya dengan siapa mereka (firly, dan abdi) memeriksakan kesehatan sehingga sekurang kurang ajarnya dokter spesialis-pun tidak pernah mem vonis pasiennya tanpa ada pemeriksaan yang super teliti. lain lagi komentar mieke mengenai pemeriksaaan ginjal dan paru – paru ini memang harus di rontgen oleh si pemeriksa kesehatan itu tanpa ada terkecuali. dan tentu seperti biasa abdi cuma diam tanpa menjelaskan tetek bengek bualannya di BBM pada malam itu, sampai pada akhirnya rasa penasaran kepada si bangsat macam apa yang dengan lancang membatasi umur seseorang dengan klaim penyakit penyakit yang kami tau pada dasarnya setiap tubuh manusia beresiko terkena berbagai macam penyakit ini.

Malam selanjutnya setelah saya bersetuju membiarkan diri dan membuang sangat banyak energi positif untuk mendatangi tempat pemeriksaan itu bersama abdi dan juga kakak perempuannya, saya terkejut ternyata dia ( Si jahanam ) tukang periksa itu adalah seorang member Tiens. yang mengejutkan lagi adalah abdi dan kakak nya juga ikut dalam komunitas marketing sialan yang pernah saya jumpai di muka bumi dan mengutuk dalam hati betapa bodohnya kenapa saya berada di tempat macam ini dan tentu juga tidak lupa saya mengutuk kawan yang telah mengajak saya kemari.

Jauh sebelum beberapa malam sialan itu, tepatnya sekitar tahun 2007 ketika saya masih duduk di bangku SMA kelas 3. saya sudah sering mendengar Tiensi atau yang sekarang berevolusi menjadi Tiens tersebut. dulu sekali ketika kawan kawan sering mengikuti festival band di sampit, tempat andalan untuk nongkrong kami di pemancar TVRI, karena ada seorang kawan yang bernama kadar tinggal disitu. kami sering mabuk dan muntah bahkan bersenang senang di halaman pemancar TVRI, terkadang mereka yang saking mabuknya berani memanjat ketinggian pemancar tersebut juga ada, kecuali saya, karena pada dasarnya saya takut dengan ketinggian dan entah sering sekali paranoid melihat kawan kawan yang bersenang senang diatas sana.

Rasanya, kalo tidak salah kadar lah yang mengenalkan seorang kawan yang katanya pembisnis muda sukses dan ingin berbagi tips omongkosongnya kepada kami, itu menurut saya. waktu itu, kami tidak tau menahu masalah Tiensi ini apa an, jadi ketika kami di prospek dan tentu di jejali dalam lubuk hati kami yang paling dalam berupa keinginan keinginan membahagiakan orang tua, sekolah dengan biaya sendiri, kendaraan hasil sendiri, dan banyak lagi impian yang nampaknya, memang kami adalah sasaran yang paling empuk untuk di bodohi.

Tak bisa di hindari ketika setelah di prospek berupa pencucian otak secara massal, kawan kawan macam terhipnotis oleh bisnis Tiensi sialan ini. mungkin memang menjanjikan, tapi saya tidak peduli dengan mereka dan segala omong kosong produk yang di konsumsi secara teratur dengan tujuan kesehatan sedangkan kami mirisnya, sangat jauh dari kehidupan sehat wa alfiat. bukan tidak mau merubah keadaan, tapi pertanyaan saya dulu adalah, untuk apa harus ikut program ini ? bisnis yang mengekor dan memberikan keuntungan kepada mereka yang berada di level atas, sendangkan untuk yang baru ? oh, jelas harus menikmati setiap proses pembusukan lebih dulu baru bisa ber-haha hihi meliat jaringan di bawah kita menggurita bodohnya untuk menyerahkan rupiah dan membeli produk secara konsisten, begitu seterusnya. dan bagi mereka yang tidak ikut ? oh sudah pasti sangat rugi ketika di perkumpulan kawanan semua membicarakan bisnis ini tentulah kamu akan menjadi orang yang sangat tertinggal. tapi maaf kawan, walaupun kalian tidak lagi mau berkawan denganku karena bukan salah satu anggota, aku masih bisa membeli minuman sendiri dan mabuk sendiri.
teringat juga, ketika eko memprospek orang tuanya dan saya sudah tidak mau mengikuti trend ini terlalu jauh lagi. dan jika kalian ingin tau bagaimana akhirnya ? sudah jelas bisnis ini seperti tenggelam jauh sekali di dasar laut, dan jika ada yang mengingatnya mungkin akan malu dan mengutuk, sialan !
Ketika tahun tahun berikutnya berlalu, tepatnya bulan maret yang seharusnya saya harus fokus untuk bekerja dan jelas harus menyelesaikan proyek sialan berupa pandawa rebel yang sudah kami sepakati bersama musti tetap di jalankan walaupun banyak halangannya. saya agak sedih ketika seorang kawan berkata dia di daftarkan saudaranya mengikuti bisnis MLM ala Tiens, dan dia juga beralasan karena menganggur dan mencari kesibukan. padahal, jika ingin ku beri tau, sodaraku juga bergelut dalam bisnis MLM ini dan sering mengajakku bergabung untuk mendapat penghasilan sampingan yang lumayan, tapi entah mengapa bukan karena aku mempunyai pekerjaan, tapi ini adalah salah satu sikap kita untuk menolak dan menyetujui tawaran mereka. lain halnya jika kita memang ingin sekali bergabung di situ, itu merupakan keputusan dan hak individu.

dan taukah kawan, jika kalian sudah tidak mempunyai semangat lagi untuk melanjutkan pandawa rebel, aku tidak merasa keberatan, silahkan ambil keputusan. aku bekerja sendiri, dan kalian dengan jalan hidup kalian sendiri, sungguh ini tidak akan mempengaruhi perkawanan kita. cheers !