Tulisan ini saya posting karena masih relevan untuk membantah mereka yang mengatakan bahwasanya konflik yang terjadi di Suriah di dalangi oleh kaum Wahabi. SIMAK!
Pada dasarnya konflik di Suriah tidak bisa dipisahkan dari pergolakan
tanah Arab yang dikenal sebagai Arab Spring dimana dimulai dari Tunisia
dan sekarang berada di Suriah juga Yaman. Banyak orang kurang info
berkata bahwa Arab Spring adalah konspirasi USA. Ini klaim yang sangat
salah dan absurd. Kita akan bahas satu persatu sampe ke Suriah.
1. Tunisia
Tunisia merupakan sebuah negara di Afrika Utara yang kita kenal sebagai
Maghreb. Arab Spring dimulai dengan pembakaran diri seorang tukang buah
yang mana dia melakukan itu karena protes terhadap kemiskinan di
Tunisia. Cara ini jelas salah dalam Islam (membakar diri). Kejadian itu
membuat semua rakyat Tunisia marah terhadap Ben Ali (presiden Tunisia).
Komposisi rakyat Tunisia bukanlah mayoritas Wahabi melainkan Sufi.
Rakyat ini marah pada Nen Ali yang dikenal korup dan memperkaya diri
keluarganya. Efek dari kejadian ini Ben Ali lengser kemudian minta suaka
ke Saudi. Padahal ketika berkuasa Ben Ali melarang semua buku agama
dari Saudi. Lucu kan gan ? Dan harap diingat Ben Ali ini sekutu USA.
Pada jamannya dibentuk satuan pangkalan intelligent USA di kenal sebagai
Africom (African Command). Jadi apa mungkin sekutu menjatuhkan sekutu ?
Tidak mungkin, malah USA membela Ben Ali dengan Plan A-Z yaitu
pengadaan pemilu dsb walau kelompok Ben Ali mengatakan USA yang mau
menjatuhkan mereka. Itu biasa toh Soeharto berkata begitu juga, Pdahal
Julukan Smiling General itu dikasih USA.
Dalam hal ini kita bisa tarik kesimpulan apa yang terjadi di Tunisia murni gerakan rakyat yang sudah jenuh pada pemerintahannya.
Baru ada konspirasi USA ketika kelompok Ikhwanul (Gabungan faksi Islam
yang di dalamnya ada Sufi, Bahkan bisa di katakan Sufi semua karena di
Tunisia hampir semua Sufi) berkuasa. Ketika itulah didakan tembak kiri
dan kanan yang membuat pemilu di percepat sehingga kelompok Ikwan
meninggalkan suara mayoritasnya di parlemen untuk menghindari
pertumpahan darah seperti di Mesir.
2. Mesir
Penguasa Mesir
yang di gulingkan oleh rakyatnya (Mubarak) adalah sekutu USA dan Israel
dimana dia menandatangani perjanjian Camp David yang akhirnya berujung
pembukaan kedutaan Israel di Mesir dan dibukanya keran pipa gas Mesir ke
Israel. Mubarak berkuasa setelah Anwar Sadat tewas terbunuh. Selama
berkuasa dia memerintah dengan hukum darurat alias tidak ada pemilu
serta partai tunggal. Selama puluhan tahun berkuasa dia membangun
emperium bisnis yang mengeruk harta rakyatnya dimana ini membuat Mesir
menjadi salah satu negara Arab termiskin.
Namun Mubarak dan Jamal
Mubarak kaya sekali sampe punya castle di Inggris. Rakyat turun kejalan
dan yang turun bukan lah orang Wahabi melainkan seluruh rakyat dari Sufi
sampe Liberal. Gerakan Ikwanul Muslimin Mesir sendiri pada dasarnya
banyak diikuti oleh Sufi (Aswaja), Lhawong syaikh Hasan Albana pada
dasarnya adalah seorang Sufi (Mau bantah nee yang Aswaja ? Tanya sama
pak Idrus Ramli).
USA berkawan dekat sama Mubarak dan militer
Mesir mendapatkan bantuan 2 Milliar dollar pertahun dari USA sampe
sekarang. Jadi apakah ini konspirasi Israel dan USA + Saudi dalam
melengserkan Mubarak ?
Bukan, Melainkan rakyat Mesir sendiri
karena rumus revolusi dalam ilmu sosial hanya 3 variabel yaitu : Rkyat
tidak mau + Pemerintah tidak mampu + Asing tak mau menipu lagi
(kepentingannya sudah selesai).
3. Masuk pada Suriah
Setelah direbutnya Syam dari Utsmaniyah oleh Barat yang lalu membagi
Syam menjadi dua dibawah perjanjian Sykes and Piccot dengan komposisi :
Suriah dibawah Perancis, Dan Trans Jordan dibawah Inggris ditambah
wilayah khusus Palestina.
Setelah perjanjian diatas, Wilayah
Suriah diberikan secara otonom pada kaki tangan Barat yaitu Feisal Ibn
Husein dengan nama daerah Al-Mamlakah al-‘Arabīyah As-Sūrīyah. Namun
kerajaan ini hanya berlangsung singkat karena diambil alih lagi oleh
Perancis dan para Komunis. Orang-orang Sosialis juga tidak suka negara
ini, Maka tukar guling negara ini adalah Iraq dan Transjordan yang
akhirnya diberikan kepada keluarga Hasyemite (Syarief Mekkah) karena
jasa mereka dalam menumbangkan Utsmaniyah (bisa di baca di arab revolt
http://www.kinghussein.gov.jo/his_arabrevolt.html ---> website resmi pemerintahan Jordania yang beraliran Aswaja/SUFI).
Setelah kolapsnya kerajaan dan berada dibawah French Mandate,
Terbentuklah UAR (United Arab Republic, Gabungan antara Mesir dan suriah
di bawah Naser). Isi republik ini tidak lebih daripada Komunis yang
malu-malu, Yaitu Komunis yang malas sholat namun kalo mati minta
disholati, Namun tidak mau takluk pada syariat Allah.
Pada tahun
1963 terjadi kudeta yang membuat republik ini bubar dan menjadi Syria
(nama sekarang), Dengan salah satu pelaku adalah bapaknya Bashar Al
assad yaitu Hafedz Al Assad.
Assad sendiri Baathist tulen
(Ideologi karbitan Michel Alfaq). Ideologi Baathist merupakan wujud
sinkertisme seluruh ajaran Kiri + Nasionalis, Dimana ajaran ini sudah
pasti sekuler. Setelah kudeta, Hafedz mendapatkan posisi mentereng yaitu
komandan regional yang tugasnya memonopoli kekuatan militer hanya di
tangan kaum Baatist. Setelah itu kariernya menanjak sampai menjadi
presiden.
Naiknya Hafedz menjadi presiden mendapat penentangan
dari mayoritas rakyat Syria karena Hafedz berasal dari suku minoritas
Alawite (Nushairiyah), Yang mana Alawite ini suku yang tidak disukai.
Sialnya, Bagi kaum Muslim, Alawite tidak dianggap muslim, Dan bagi kaum
Syi'ah juga tidak dianggap Syi'ah.
Baru tahun 80 an Syi'ah
Imamiyah melalui mufti Lebanon dari gerakan Amal (cikal bakal Hizbullat)
memasukkan Alawite (alias Nushariyah) sebagai salah satu cabang Syi'ah.
Naiknya Hafedz menjadi presiden Syria membuat kronisme baru. Kalau
jaman UAR hanya berupa monopoly Baathist, Tapi sekarang Baathist yang
dimonopoli oleh Nushriyah dan keluarga serta suku nya Asad yang memegang
seluruh sektor vital negara.
Contohnya adalah Rifat Asad (saudara
Asad) yang di tunjuk menjadi penguasa BUMN Suriah, Atau menantu Hafedz
yang di tunjuk menjadi Kepala Militer unit Penjaga revolusi, Dan
sebagainya
Perbuatan ini membuat gap sosial antara mayoritas
muslim dan minoritas Alawite. Pada masa itu mayoritas muslim hanya
menjadi orang miskin, Hidup di perkampungan, Dsb. Sdangkan Alawite
menjadi orang kaya. Mayoritas muslim susah mendapatkan akses pada
kekuasaan sedangkan Alawite sangat mudah.
Ibaratnya bagaimana
perasaan orang Aceh, kalau dipimpin sama orang Alas (Kuta cane) dan
semua jabatan birokrasinya di pegang mereka ? Ya pasti ngamuk, Lhawong
masjid dipegang Muhammadiyah aja langsung pada ngamuk (Ini fakta soskal
jadi ndak usah dibantah).
Setahun setelah Hafedz naik, Kaum muslim
makin tenggelam dalam kemiskinan. Pada saat itu kaum muslim beralih
kepada Ikwanul Muslimin, Gerakan Islamiyun yang anti segala bentuk
Komunisme, Liberalisme dan segala variantnya (IM suriah itu Sufi Loch).
Gerakan anti Hafedz dan Baathist makin bertambah dikarenakan perbuatan
rezim Suriah di Jordania yang ingin menumbangkan kerajaan Jordania yang
di pimpin oleh keturuanan Syarief Mekkah (Peristiwa Black september).
Lalu terjadilah peristiwa Hamma : Puluhan ribu rakyat Suriah
(Sunni/Aswaja) dipindah alamkan oleh gerombolan Asad hanya dalam waktu
beberapa bulan saja. Peristiwa ini tercatat dalam sejarah sebagai sebuah
pembantaian besar oleh negara pada rakyatnya. Padahal rakyatnya cuman
ingin kesetaraan ekonomi yaitu si miskin bisa berobat, Si miskin bisa
beli roti dsb (Manusiawi kah pemerintahan seperti itu ?).
Sedangkan saya sebagai orang Aceh tulen melihat perilaku Jakarta pada
rakyat Aceh pada jaman konflik saja saya sangat muak, Sedangkan apa yang
terjadi di Suriah dulu dan sekarang, Ratusan kali lebih berat dari pada
yang terjadi di Aceh kemarin.
Banyak orang yang buta hati dan
kehilangan rasa kemanusiaan mengatakan konflik Suriah sekarang adalah
setingan Wahabi, USA, Israel, Turki. Ini jelas pernyataan yang sangat
lucu. Kenapa ? Karena Turki itu Sufi dan beberapa tahun lalu belum lama
ini kapal mereka (Marvi Marmara) diserbu sama tentara Zionist.
Kan
lucu omongan macam itu ?. Konflik Suriah dimulai oleh Arab Spring.
Rakyat Suriah pada awal Arab Spring adalah masyarakat yang tertinggal
dari negara Arab tetangganya dimana Bashar memimpin berdasarkan warisan
dan tidak mencabut hukum darurat yang berlaku dari jaman ayahnya, Yang
akibatnya tidak ada kebebasan, Tidak ada pemilu jurdil (Settingan semua
macam jaman pak Harto), Tidak ada pilkada, Dan jangan harap ada TV yang
menyiarkan acara seperti ILC.
Awal mula konflik Suriah adalah
rakyat berdemo minta transisi melalui pemilu yang itu sama kejadianya
seperti di Indonesia (ORBA). Bedanya, Bashar menjawabnya dengan
membunuhi rakyatnya, Membom masjid, Menyerbu masjid dan memutilasi
anak-anak (ini fakta). Malah saya menonton sendiri bagaimana prosesi
pengeboman oleh Tentara Suriah pada sebuah pemakaman aktivis yang
dibunuh tentara, Ketika masyarakat lagi mengarak keranda mayat kemudian
dimortir
Apakah ini manusiawi ? Negara apa yang menodongkan senjatanya pada rakyatnya ?!
Sebagai orang Aceh saya melihat sendiri kejadian konflik waktu
referendum kedua, Dimana anak-anak naik boat diberondong dari jembatan
Peunayong oleh aparat dan saya sangat muak sampai menangis melihatnya.
Dan hari ini saya melihat yang lebih parah di Suriah.
Demikianlah
cikal bakal konflik Suriah, Bukannya konspirasi USA, Turki dan Israel.
Malah yang betul Israel itu dekat sama Asad. Setelah Golan hilang, Asad
mendapatkan Lebanon Utara sebagai kompensasi partisi Lebanon. Gantinya
adalah Israel mendapatkan wilayah selatan. Baru setelah 2005 Asad /
Suriah meninggalkan Lebanon Utara atas desakan PBB.
Konflik
sektarian di Suriah bukan para pejuang yang menciptakan melainkan Asad
sendiri dengan mengundang Iran dan Hizbullat. Raja Jordan sendiri
(Abdullah ibn Husein) yang bilang Iran mau membuat bulan sabit Syi'ah di
tanah Arab.
Sekedar info, Raja Husein ini Aswaja tulen loh...
Asad menggunakan pembelaan sektarian pada rezimnya dengan memakai
mufti-mufti yang tidak jelas untuk melindunginya. Mufti seperti apa yang
membiarkan rakyatnya di bantai ? Mufti itu menjual isu Wahabi sebagai
dalang perlawanan. Ini berbeda dengan Khadafi yang memakai fatwa Wahabi
untuk melindungi posisinya sampai minta fatwa syaikh yang gagal datang
ke Jakarta tapi sama syaikh tersebut dicuekin.
Sangat lucu pejuang
Suriah dibilang Wahabi padahal
FSA (free Syirian Army) itu isinya Sufi, Sekuler, Kristen
dan ada Nushairiyah juga. Pendiri Syriacare itu (Shaikh Ali Shabouni)
adalah seorang Aswaja yang pernah datang ke Indonesia menerangkan “Cara
pintar berdebat dengan Wahabi”. Apa beliau Wahabi juga ?
Terus apakah Turki itu juga Wahabi padahal kita tau Turki itu negeri Sufi, Kampungnya Jalaludin Rummi.
Jadi lucu sekali celotehan orang-orang buta informasi dan sejarah yg
menuduh Wahabi dalang konflik di Suriah. Orang-orang yang di tuduh
Wahabi baru datang ketika melihat pembantaian yang tidak berimbang oleh
rezim Bashar di Suriah sebagai pembelaan terhadap saudara-saudaranya
kaum muslimin terlepas apa madzhab mereka. Para Wahabi itu datang dari
Eropa, Chechnya, Saudi, Mesir, Libya, Tunisia dan seluruh dunia. Malah
mujahidin Afganistan pun ada di Suriah, Sedangkan kita tau mereka adalah
Sufi Deobandi yang dijuluki sebagai Wahabi oleh Sufi Berlevi.
Jadi sangat jauh api dari panggang jika mengatakan konflik suriah di
motori oleh Wahabi. Hanya orang-orang yang tidak bisa berpikir sebagai
manusia bermoral yang mengatakan itu.